UTS (Ujian Tengah Semester) itu memang menyebalkan. Dan
tentu saja tidak pernah terduga. Sekaligus termasuk salah satu momen buruk di
sekolah. Bagaimana mungkin, nilai dari mapel favoritnya di bawah KKM? Ardy,
seorang laki-laki yang cukup sial di kesehariannya saat di SMK. Dialah yang
mengalami hal buruk itu. Sebenarnya masih ada teman sekelasnya yang ikut
remedial dua kali. Tapi tidak tahu mengapa dia yang paling kesal.
‘Ayolah, masa mesti ikut remedial
kedua? Sama sekali nggak lucu!’ itulah pikirannya. Dia bahkan lebih dari kesal,
dan entah apa itu namanya. Harus remedial dua kali? Oh dear, ini sama sekali
tidak bagus! Beruntung setelah ini istirahat kedua. Ardy pun langsung pergi
saja ke kantin begitu bel berbunyi, makan siang bakso yang super pedas sampai
dua gelas es teh habis. Saking kesalnya. Namun, ada sesuatu yang membuat Ardy
tidak sepenuhnya kesal di hari itu. Tadi pagi ia bertemu perempuan sekaligus
moodbooster-nya!
Pagi hari saat ingin berangkat sekolah. Ardy sedang
memanaskan motornya di luar rumahnya yang akan dipakainya ke sekolah hari ini.
Tidak berapa lama… moodboster-nya melewati rumahnya! ‘Dia diantar rupanya.’
Pikirnya. Motor yang ditumpangi bersama pengantarnya itu berhenti setelah
beberapa meter melewati rumah Ardy. Ada suara tas yang terjatuh keras ke jalan
aspal itu. Ardy pun refleks menoleh. Rupanya moodbooster-nya turun dari motor,
ia menjatuhkan tasnya kemudian berbalik, berlari menuju rumahnya yang terletak
dua rumah setelah rumah Ardy.
Ardy berpikir lagi, ‘Mungkin ada yang tertinggal.’ Lalu Ardy
memandangnya, yang dipandang justru hanya memandang lurus ke jalanan tanpa
menoleh ke arah Ardy. Namun, tanpa Ardy sadari sebenarnya moodbooster-nya itu
menahan senyum. Ia benar-benar terpaku untuk saat itu. Tidak bisa bergerak. Matanya
terus mengikuti moodbooster-nya yang berlari itu. Dia memakai seragam batik
khas SMK mereka. Tapi tertutup oleh sweater hitam yang jatuh pas di tubuhnya.
Sweater hitam itu polos bertuliskan ‘DAMN! I LOVE INDONESIA’ warna putih. Lalu
sneakers hitam bergaris putih yang begitu cocok untuk dikenakan di kakinya.
Mulai saat itu, Ardy sangat yakin. Ia sudah merasakan hal
yang belum pernah diketahui sebelumnya. Dan untuk pertama kalinya ia merasakan
ini. Ia sadar, bahwa dirinya benar-benar menyukai perempuan itu. Sekarang bukan
hanya sekedar sebagai moodbooster-nya melainkan sebagai perempuan yang
benar-benar disukainya. Yang sangat disukainya. Perasaan yang belum pernah
dirasakannya. Perasaan itu menghampiri dirinya untuk pertama kalinya. Begitu
kuat dan menggebu-gebu. ‘Cinta pertama’ kata kebanyakan orang.
Hingga pada saatnya, Ardy berani untuk berkenalan dengan moodbooster-nya
itu. Ternyata namanya adalah Dian. Dian berada di jurusan Multimedia, sedangkan
Ardy di jurusan Teknik Komputer dan Jaringan. Setelah berkenalan, mereka pun
semakin akrab. Sering makan bareng di kantin, ngobrol-ngobrol tentang
keseharian mereka masing-masing, bahkan dengan senang hati Dian memberikan
contact Line-nya ke Ardy, alasannya sih supaya bisa saling membantu kalo punya
tugas yang sama.
Mereka berdua pun semakin lama, semakin dekat. Ardy akhirnya
memberanikan diri untuk mengajak Dian nonton film di bioskop, walaupun dia
belum tau pasti genre film seperti apa yang Dian sukai. Tapi Ardy tidak peduli,
dengan sedikit berdoa, dia berharap agar acaranya bersama Dian lancar.
Hari itupun tiba, Ardy sudah bersiap untuk menjemput Dian dirumahnya.
Setelah 30 menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di bioskop yang sudah
mereka sepakati. Ardy dan Dian tampak saling malu-malu, karena bagi Ardy pun
ini adalah pengalaman pertama kalinya. Mereka pun mulai nonton film. Dua jam
berlalu, Dian terlihat cukup lapar. Maka Ardy dengan sigapnya, mengajak Dian
untuk makan di sebuah cafe. Ketika sedang makan, tidak sengaja ada sedikit
bekas makanan di dagunya Dian. Secara refleks, Ardy melihatnya lalu langsung
membersihkannya dengan tissue. Muka Dian tiba-tiba kemerahan, Ardy pun juga
merasa sedikit malu, karena refleks tangannya tadi.
Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang kerumah. Perut sudah kenyang dan
mereka sama sama senang karena sudah menghabiskan waktu bersama. Beberapa bulan
kemudian, Ardy menyatakan cintanya ke Dian. Dan tanpa basa-basi, Dian pun
langung mengatakan ‘Iya,dy. Aku mau.’ Ardy langsung
melompat kegirangan seperti mendapatkan jackpot. Beberapa hari, beberapa bulan,
dan beberapa tahun pun sudah mereka jalani bersama. Tinggal menunggu waktu yang
tepat untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya.






0 komentar:
Posting Komentar