TUGAS ILMU BUDAYA DASAR
MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
|
Nama
|
Kelas
|
NPM
|
|
M. Arby Septiana
|
1IA23
|
57415837
|
Universitas Gunadarma Kampus J
Jl. KH Noer Ali, Kalimalang, Bekasi (eks Duta Plaza)
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Manusia
adalah mahluk hidup ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya. Dikarenakan
manusia memiliki akal, pikiran dan rasa. Ketiga kekayaan manusia inilah yang
membuat manusia disebut sebagai Khalifah di bumi ini. Tuntutan hidup manusia
lebih daripada tuntutan hidup makhluk lainnya yang membuat manusia harus
berpikir lebih maju untuk memenuhi kebutuhan atau hajat hidupnya di dunia, baik
yang bersifat jasmani maupun rohani. Dari proses ini maka lahirlah apa yang
disebut kebudayaan dan pandangan terhadap hidup.
Pandangan
terhadap hidup ini adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi
manusia. Pandangan hidup dapat menjadi pegangan, bimbingan dan tuntutan
seseorang ataupun masyarakat dalam menempuh kehidupan. Oleh karena itu, dalam
kehidupan dunia dan akhirat pandangan hidup seseoranglah yang menentukan akhir
hidup mereka sendiri. Selain itu Pandangan hidup juga tidak langsung muncul
dalam masyarakat, melainkan melalui berbagai proses dalam kehidupan. Dalam
perkembangan seorang manusia itulah proses dalam menemukan jati diri atau
pandangan hidupnya. Mulai dari masa kanak-kanak hingga dewasa.
Dalam
penemuan pandangan hidup tersebut, tidak lepas juga dengan pendidikan. Manusia
mengetahui tentang hakikat hidup dan sebagainya adalah berasal dari pendidikan.
Oleh karena itu jika kita membahas tentang pandangan hidup, tidak boleh lepas
dari pendidikan. Karena dengan pendidikan manusia dapat berpikir lebih kedepan
mulai dari kehidupan baik lahir maupun batin.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
landasan diatas dapat kami rumuskan permasalahan yang akan kita bahas sebagai
berikut:
1.
Bagaimana pengertian pandangan hidup?
2.
Bagaimana hubungan pandangan hidup dengan kehidupan manusia?
Itulah
kedua permasalahan yang akan kita bahas satu persatu dalam bab berikutnya.
C.
Tujuan
1.
Mendeskripsikan pengertian pandangan hidup.
2.
Mendeskripsikan hubungan pandangan hidup dengan kehidupan manusia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Cita
– Cita
Cita-cita
adalah keinginan, harapan, tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Pandangan
hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup. Dalam kehidupannya
manusia tidak dapat melepaskan diri dari cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup
itu. Tidak ada orang hidup tanpa cita-cita, tanpa berbuat kebajikan, dan tanpa
sikap hidup. Sudah tentu kadar atau tingkat cita-cita, kebijakan dan sikap
hidup itu berbeda-beda bergantung kepada pendidikan, pergaulan, dan lingkungan
masing-masing.Itulah sebabnya, cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup banyak
menimbulkan daya kreativitas manusia. Banyak hasil seni yang melukiskan
cita-cita, kebajikan, dan hidup seseorang.
Cita-cita
ini perasaan hati yang merupakan suatu keinginan, kemauan, niat, atau harapan.
Cita-cita itu penting bagi manusia, karena adanya cita-cita menandakan
kedinamikan manusia.Ada tiga katagori keadaan hati seseorang, keras, lunak, dan
lemah. Orang yang berhati keras, tak berhenti berusaha sebelum cita-citanya
tercapai. Ia tak menghiraukan rintangan, tantangan, dan segala kesulitan yang
dihadapinya.
Orang
yang berhati lunak dalam usaha mencapai cita-citanya menyesuaikan diri dengan
situasi dan kondisi. Orang yang berhati lemah, mudah terpengaruhi oleh situasi
dan kondisi. Cita-cita, keinginan, harapan, banyak menimbulkan daya kreatifitas
para seniman. Banyak hasil seni seperti: drama, novel, film, musik, tari,
filsafat yang lahir dari kandungan cita-cita, keinginan, harapan dan tujuan.
B. Kebajikan
Kebajikan
atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakikatnya sama
dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama atau
etika. Manusia adalah seorang pribadi yang utuh yang terdiri atas jiwa dan
badan. Manusia merupakan makhluk sosial: manusia hidup bermasyarakat, manusia
saling membutuhkan, saling menolong, saling menghargai sesama anggota
masyarakat. Sebaliknya pula saling mencurigai, saling membenci, saling
merugikan, dan sebagainya.Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat
dari tiga segi, yaitu: manusia sebagai pribadi, manusia sebagai anggota
masyarakat, dan manusia sebagai makhluk Tuhan.
Manusia
sebagai pribadi dapat menentukan baik dan buruk. Yang menentukan baik dan buruk
itu suara hati. Suara hati itu semacam bisikan dalam hati untuk menimbang
perbuatan baik atau tidak. Jadi suara hati itu merupakan hakim terhadap diri
sendiri. Suara hati masyarakat, yang menentukan baik dan buruk adalah suara
hati masyarakat. Suara hati manusia adalah baik, tetapi belum tentu suara hati
masyarakat menganggap baik. Demikian pula manusia sebagai makhluk Tuhan,
manusia pun harus mendengar suara hati Tuhan. Tuhan selalu membisikkan agar
manusia berbuat baik dan mengelak perbuatan yang tidak baik.
Jadi
kebajikan itu adalah perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suara hati
masyarakat dan hukum Tuhan. Kebajikan berarti berkata sopan, santun, barbahasa
baik, bertingkah laku baik, ramah tamah terhadap siapapun, berpakaian sopan
agar tidak merangsang bagi yang melihatnya. Namun ada pula kebajikan semu, yaitu
kejahatan yang berselubung kebajikan.
C. Sikap
Hidup
Sikap
hidup adalah keadaan hati dalam menghadapi hidup. Dalm menghadapi kehidupan,
yang berarti manusia menghadapi manusia lain atau menghadapi kelompok manusia,
ada beberapa sikap etis dan sikap nonetis. Sikap etis disebut juga sikap
positif sedangkan sikap nonetis disebut juga sikap negatif. Ada tujuh sikap
etis, yaitu : sikap lincah, sikap tenang, sikap halus, sikap berani, sikap
arif, sikap rendah hati, dan sikap bangga.
Sedangkan
sikap nonetisada 6 yaitu : sikap kaku, sikap gugup, sikap kasar, sikap takut,
sikap angkuh, sikap rendah diri. Sikap-sikap positif bagi bangsa Indonesia.
Sikap-sikap itu antara lain : sikap suka bekerja keras, sikap gotong royong,
menjaga hak dan kewajiban, sikap tolong menolong, dan sikap mengargai pendapat
orang lain. kebajikan secara nyata dan dapat dirasakan melalui tingkah lakunya.
Dan,
dalam hal ini, tingkah laku manusia sebagai perwujudan kebajikan inilah yang
akan dikemukakan karena wujudnya dapat dilihat dan dirasakan. Karena tingkah
laku bersumber pada pandangan hidup, maka setiap orang memiliki tingkah laku
sendiri-sendiri yang berbeda dari orang lain dan tergantung dari pembawaan,
lingkungan, dan pengalaman. Dalam setiap perbuatan, manusia harus memahami
etika yang berlaku dalam masyarakat. Sehingga kehidupan dalam memasyarakat
menjadi tenang dan tentram.
Namun
demikian dibalik keragaman pendapat tersebut tampaknya ada satu benang merah
yang dipersamakan, yaitu adanya kesepakatan bahwa manifestasi sikap tidak dapat dilihat secara langsung akan tetapi
harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang masih tertutup.
Sikap manusia bukanlah suatu konstruk yang berdiri sendiri, akan tetapi paling
tidak ia mempunyai hubungan yang sangat erat dengan konstruk-konstruk lain,
seperti dorongan, motivasi, atau bahkan dengan nilai-nilai tertentu.
Motivasi
adalah kesiapan yang ditujukan pada sasaran dan dipelajari untuk tingkah laku
bermotivasi. Sikap adalah kesiapan secara umum untuk suatu tingkah laku
bermotivasi, sedang nilai-nilai sasarn adalah sasaran atau tujuan yang bernilai
terhadap mana berbagai pola sikap dapat diorganisir.
Dalam
buku Strategi Kebudayaan, Van Peursen melihat adanya tiga periode peralihan
mencolok yang dialami manusia pada umumnya. Ketiga periode itu adalah tahap
mistis, tahap ontologi, dan tahap fungsional. Tahap mistis merupakansikap
manusia yang merasa dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib disekitarnya.
Tahap ontologi adalah sikap manusia yang tidak hidup lagi dalam kepungan.
Sedangkan tahap fungsional merupakansikap dan alam pikiran yang semakin nampak
dalam diri manusia modern.
Sedangkan
menurut Frans Magnis Suseno melihat adanya dua bahaya yang menjadi kendala
dalam kehidupan manusia dalam mempertahankan sikap hidup yang tepat itu, bahaya
tersebut adalah nafsu dan pamrih. Nafsu merupakan perasaan-perasaan kasar yang
bisa menggagalkan kontrol diri manusia dan sekaligus membelenggunya secara buta
pada dunia lahir. Sedangkan pamrih adalah tindakan yang semata-mata
mengusahakan kepentingannya sendiri tanpa memperdulikan kepentingan orang lain.
Selain
itu, menurut J.C.Tukiman Taruna dalm harian Kompas 8 Januari 1984, ia
menawarkan 6 sikap mental, yaitu :
1. Manusia
Jawa itu semakin manja. Dasar yang dipakai adalah kenyataan dalam kehidupan
orang Jawa yang lebih suka dilayani daripada melayani.
2. Manusia
Jawa cenderung boros, hal ini terbukti adanya dorongan yang kuat dalam diri
orang jawaberupa sikap suka menikmati. Manusia Jawa adalah kelompok penikmat
dan itu berarti ingin menikmati yang serba baru dan baik.
3. Adanya
sikap semakin religius. Semangat religius menurun dan cenderung menjadikan
rumah ibadah sebagaipusat kehidupan sosial.
4. Manusia
Jawa itu pendendam. Apabila menyangkut harga diri manusia Jawa tidak mengenal
pengampunan dan tidak bisa memaafkan.
5. Manusia
Jawa mudah terpengaruh.
6. Manusia
Jawa bukan pionir. Hal ini terbukti orang Jawa lebih suka menunggu lowongan
pekerjaan daripada menciptakan lapangan pekerjaan.
D.
Manusia dan Pandangan
Hidup
Akal
dan budi sebagai milik manusia ternyata membawa ciri tersendiri akan diri
manusia tersebut. Sebab akal dan budi mengakibatkan manusia memiliki keunggulan
dibandingkan makhluk lain. Satu diantara keunggulan manusia tersebut ialah pandangan
hidup. Disatu pihak manusia menyadari bahwa dirinya lemah, dipihak lain manusia
menyadari kehidupannya lebih kompleks.
Pandangan
hidup merupakan masalah yang asasi bagi manusia. Sayangnya tidak semua manusia
menyadari, sehingga banyak orang yang memeluk sesuatu agama semata-mata atau
dasar keturunan. Pandangan hidup penting
bagi kehidupan manusia dimasa sekarang maupun kehidupan di akhirat, dan sudah
sepantasnya setiap manusia memilikinya.
Perlu
kita sadari bahwa baik Tuhan maupun agama bagi kita adalah suatu kebutuhan.
Buka kebutuhan sesaat melainkan kebutuhan yang terus menerus dan abadi. Sebab
setiap saat kita memerlukan perlindungan Tuhan dan petunjuk agama sampai di
akhir nanti.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Pandangan
hidup merupakan bagaimana manusia memandang kehidupannya. Setiap orang memiliki
pandangan hidup yang berdeda-beda dan melahirkan suatu paham. Wujud pandangan
hidup manusia berkaitan dengan cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup. Cita-cita
merupakan pandangan hidup di masa yang akan datang. kebajikan secara nyata dan
dapat dirasakan melalui tingkah lakunya. Dan, dalam hal ini, tingkah laku
manusia sebagai perwujudan kebajikan inilah yang akan dikemukakan karena
wujudnya dapat dilihat dan dirasakan. Karena tingkah laku bersumber pada
pandangan hidup, maka setiap orang memiliki tingkah laku sendiri-sendiri yang
berbeda dari orang lain dan tergantung dari pembawaan, lingkungan, dan
pengalaman. Dalam setiap perbuatan, manusia harus memahami etika yang berlaku
dalam masyarakat. Sehingga kehidupan dalam memasyarakat menjadi tenang dan
tentram.